Selasa, 03 Februari 2009

::..Jangan lihat tampangku…..

Siang itu karena terlalu aktif aku ga sadar kalau sendalku udah putus. Kok.. terasa ada yang janggal. Waduuuhhh…bahaya nih. Aku sedikit kebingungan karena mulai merasa tidak nyaman. Setelah tiba saat Lunch break aku memutuskan keluar dari hotel untuk mencari tukang sol sepatu. Yah..secara didepan hotel Darma Deli ada pasar kecil gitu, aku berharap bisa menemukan tukang sol sepatu.
Saat berjalan mengitari kerumunan orang-orang yang berada disekitar pasar itu, ternyata aku tidak melihat ada tukang sol sepatu. Aku jadi semakin bingung karena sendal ku semakin sulit dipakai dan jalan ku jadi tertatih-tatih.

Tetapi ada sekerumunan abang becak yang mungkin memperhatikan ku, mereka berusaha menarik perhatian ku dari tadi memang, seraya menawarkan apakah aku mau naek becak dan atau tidak. Sembari menggoda ku yang kelihatan kebingungan, buat ku biasalah…karena aku sering digodain tukang becak. Tapi, kali ini ada penawaran berbeda dari abang-abang becak itu, mereka menawarkan ingin membantuku pemberbaiki sandal ku walau hanya dengan menggunakan lem saja. Ahhh..aku mulai curiga dengan tingkah mereka, sempat terpikirkan oleh ku, mungkin mereka ingin mengalihkan perhatian ku dan setelah mereka membantu memperbaiki sandalku, mereka akan memerasku atau bahkan mungkin menarik tas ku atau mencopet, itu pikir ku.

Tapi entah kenapa, aku tiba-tiba ingin melakukan uji coba atas pikiran ku sendiri. Entah mengapa aku senekat itu, aku hanya ingin melihat sejauh mana usaha mereka untuk membantu ku, apakah disana aku akan menemukan ketulusan, pemerasan atau bahkan pikiran-pikiran negatif lain yang akan terjadi. Tapi, aku menepiskan itu semua, satu-satunya yang aku ingin lihat, apa hal selanjutnya yang akan terjadi jika aku memberikan sandalku untuk diperbaiki.

Akhirnya aku memberikan sandalku, si Bapak langsung mengambil semua peralatan yang dimiliki untuk memperbaikinya. Aku hanya melihat dan sedikit menahan takut juga, karena abang-abang becak yang lain seraya datang berkumpul melihat kami, dan ada celetuk-celetukan yang seolah-olah ingin meminta uang dari aku. Ahh……aku hanya fokus pada sandalku dan pikirku jika nanti harus bayar, aku pun pasti membayarnya.

Tok..tok…si Bapak pun cekatan memalu sandalku agar lebih kuat dari sebelumnya, dan akhirnya semua beres. Aku pun dapat kembali memakai sandalku yang sudah kembali sempurna.

“Pak, berapa aku harus bayar?” itu tanyaku sambil senyum yang menggambarkan rasa terimakasih ku padanya. “Ahh..gak usah dek, bapak iklas ingin membantu, tak usahlah dibayar-bayar!” . Aku kembali menegaskan pertanyaan ku, mungkin si Bapak malu mengatakan angkanya pikirku, tapi si Bapak tetap tidak mau menerima uang. Begitu juga dengan abang-abang becak lain, tak ada satupun yang ingin mengganggu atau memanfaatkan kesempatan itu, dan semua berjalan aman. Aku melihat mereka semua yang sepertinya sangat tulus membantu ku, walau tampang yang begitu sangar dan kumal tapi mereka tidak menunjukkan kesusahan, itu yang aku lihat. Bahkan mereka masih bisa tertawa dibawah terik matahari, walau saat itu tak ada penumpang yang terlihat datang.

Aku memperkuat pandanganku, bahwa jangan pernah melihat orang dari tampak luar saja, karena tak semua pandangan kita akan orang lain itu sama. Bahkan jangan menutup diri dari orang-orang seperti mereka. Karena terkadang tembok yang kita bangun membatasi diri kita untuk bisa bersikap lebih ramah dengan orang-orang kecil ini.

Aku sangat beruntung hari ini, bertemu dengan mereka yang memberikan aku pelajaran penting. Bahwa aku telah melihat ketulusan dari orang yang bertampang sangar.

“Terima kasih banyak pak, semoga penumpang becak bapak akan ramai hari ini!” itulah kata yang aku sampaikan untuk memberkati bapak ini.

‘love
pipien

Tidak ada komentar: